Oleh: Batas Hari Aku melihatnya berdiri sendirian di samping pintu kelas TK Matahari, tatapan matanya kosong dan raut mukanya terlihat tanpa ekspresi. Ini sudah kali ke-tiga aku melihat anak itu melakukan hal yang sama setiap kali jam istirahat, padahal anak-anak lain begitu asyik bermain di taman sambil menikmati bekal makanan yang dibawakan ibu mereka. “Oh, si elang memang begitu anaknya, dia itu sangat...
Oleh: Tio Nugroho Innalillahi.. entah apa yang harus aku katakan setelah lelah. Berusaha membuat mereka paham pelajaran di sekolah maupun di rumah. Setengah mati harus memutar otak mencari arah. Doa dan usaha tak hentinya terus menerus tercurah. Hei bocah, aku janji di tanganku kau akan menyerah! Banyak sudah kekesalan yang ku alami di sini. Dikala bertugas jadi guru dalam niatan mengabdi. Muksin terutama,...
Oleh Laily Oktavia Hallo adik-adik, bagaimana kabar kalian hari ini? Kakak harap akan secerah senyum kalian. Kakak ingin berbagi cerita, tentang bagaimana hebatnya anak-anak Indonesia. Tanggal 1 Juli 2014 kemarin, kakak mengadakan buka bersama adik-adik panti asuhan BJ. Habibie di Surabaya. Ada sekitar 28 anak yang datang. Dan rata-rata mereka masih berumur 7-12 tahun. Kebetulan saat itu kakak jadi MC acaranya. Awalnya kakak...
Ramadhan telah lalu, tapi banyak cerita terekam dan terus kami ingat. Ini dia beberapa cerita tentang Ramadhan bersama Pasukan Rumah Dongeng Mentari dan kanak-kanak Kampung Pohruboh. :) Outing bersama TPA Masjid Nurul Iman Suatu pagi, serambi Masjid Nurul Iman Pohruboh, Yogyakarta terlihat ramai oleh anak-anak. Mereka tak sabar mengikuti kegiatan outing. Berbeda dengan kegiatan outing...
Oleh Ferry Fadli
Begitu terharu, dibalik candaan salah
satu muridku dengan sorot matanya yang berbinar-binar sambil mengangkat hasil
karya pesawat 4 dimensi yang dikerjakan oleh 15 orang muridku di kelas 6. Ya,
ada impian yang tersirat mengapa mereka begitu bersemangat membuat karya di
hari itu.
Pagi itu jadwalku mengajar pelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan di kelas 6. Aku pun telah menyusun agenda yaitu akan membuat karya
kerajinan tangan yaitu “mebuat pesawat impian” dari karton. Lagi-lagi ada hal
yang aku sadari pagi itu bahwa terkadang aku membatasi muridku sesuai dengan
ide yang kutemui dan pagi itu terjawab bahwa anak-anak terkadang punya harapan
lebih, ide yang lebih kompleks yang tak terfikirkan sebelumnya. Saat aku
memasuki kelas, aku pun memberi salam, berdoa, lalu menyapa murid-muridku.
“kelas 6”?....mereka menjawab dengan tepukan terlebih dahulu sebagai ciri dari
kelas 6, prok-prok-prok...Siap!. begitu bersemangat mereka.
“Anak-anaku semuanya, pagi ini kita akan membuat pesawat
impian dari karton ini, nanti kita tulis impian kita semua di sini dan kita
terbangkan, siapp??" Lalu muridku terdiam dan berkata “Pak, kita bikin yang
besar yok pak, pake kardus dulu biar nanti kayak pesawat beneran." Aku terdiam
sejenak, astaga mereka berfikir sampai sejauh itu, ya mereka ingin membuat
karya lebih baik. Bagaimana caranya nak? Padahal maksudku hanya melipat kertas
karton besar dan membentuknya menjadi pesawat-pesawatan, sederhana pikirku.
Mereka menjawab lagi “kita minta kardus di kantin bu Minah dan Bude Satuni
pak, banyak kardusnya yang dibuang, itu nanti buat badan pesawatnya.” Dengan
mengawali senyum aku berkata,”kalau begitu ayo kita bagi tugas Junaidi, Galih,
Linda, Ifa, dan tomi kamu cari kardusnya ya nak, dan yang lain kita buat konsep
pesawatnya dari karton."
Lima belas menit kemudian, kardus pun terkumpul banyak sekali. Aku memantau mereka
merancang dan saling berinteraksi. Begitu lucu dan mengharukan pemandangan
mereka berkreasi pagi itu. Mereka saling bercanda dan sesekali berdebat karena
berbeda pendapat dalam merancang pesawat mereka. “Kalian tahu Pak B.J Habibi
tidak? Dia orang Indonesia yang punya keahlian buat pesawat loh, dia orang
hebat. Kalian juga loh hebat bisa buat pesawat, siapa yang mau nanti buat
pesawat untuk Indonesia?” kataku. "Saya!!!!" Mereka menjawab dengan sangat
lantang dan kembali sibuk dengan proyek pesawatnya. Aku bersyukur dapat
kesempatan bertemu mereka, menjadi guru mereka (ungkapku dalam hati)
Pembagian tugas
pun begitu rapi. Beberapa ada yang membuat badan pesawatnya, membuat sayap,
tulisan untuk “nama pesawatnya”, membuat bendera Indonesia untuk dipasang pada
ekor pesawat. Inilah suasana gotong royong yang “sejak dulu jadi ciri
bangsakita, Indonesia” dan moment-moment seperti inilah yang sangat pas untuk
mengakrabkan anak-anak sejak dini tentang budaya ini.
Dua jam
berselang, karya anak-anak muridku pun hampir selesai. Takjub, terpampang
sebuah pesawat besar di dalam kelas dan tinggal dibalut kertas warna, dan
ditempelkan “nama pesawatnya”. Mereka memberikan nama untuk karya mereka
“Indraloka Airlines” yang diambil dari nama desa tempat kita tinggal yaitu desa
Indraloka, Kecamatan Way Kenanga, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung.
Lonceng
berbunyi, murid-muridku dari kelas lain pun berdatangan untuk melihat karya apa
yang dibuat oleh kakak kelas mereka. Kelas menjadi penuh sesak. Saya kumpulkan
murid-muridku untuk mengatakan sesuatu. “Anak-anakku, saya sangat bahagia, tadi
saya berfikir bahwa kita akan buat pesawat yang sederhana saja, tapi kalian
memang anak yang hebat, kreatif, punya ide yang cemerlang, bapak bangga
terhadap kalian, ayo kita beri tepuk tangan untuk kelas 6”.
Horeee...weiiiii.........kelas begitu semarak dengan teouk tangan murid-muridku
yang berdatangan lagi.
Pesawat itu pun
dibawa kelapangan oleh murid-muridku untuk diperlihatkan ke semua warga
sekolah. Guru-guru yang lain juga tertarik dan datang untuk melihat karya
mereka. Ibu kantin pun turut ikut melihat. Wah, mereka membuat sesuatu yang
unik hari itu. Beberapa muridku pun membawa pesawatnya dengan berlari keliling
lapangan biar seperti pesawat sungguhan, yang terbang begitu kencang.
Suasana sekolah begitu meriah dibalut
gelak tawa kebahagiaan. Tiba-tiba murid-muridku mendekat membawa pesawatnya dan
salah satu anak berkata padaku, “Pak, nanti kalau liburan kita jalan-jalan naik
pesawat ini ya pak!”. Astaga, anak-anakku ini punya impian ingin sekali
merasakan rasanya naik pesawat. Semangat nak, pasti bisa!, terus
bermimpi, terus sekolah dan tetap rajin belajar. Hari ini aku dapat pengalaman
berharga, sebuah ketulusan dan mimpi anak-anak muridku di desa Indraloka yang
tinggi. Kalian hebat nak semoga tuhan mewujudkan mimpi-mimpi kalian. Amin. (*)
*Penulis adalah Pengajar
Muda 7, Gerakan Indonesia Mengajar, Kabupaten
Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung.
**Foto adalah dokumen pribadi penulis.
Oleh Bonifasia Tahun lalu saya mendapatkan kesempatan untuk tinggal bersama warga Manokwari, Papua dalam rangka KKN-UGM. Sore ini tiba tiba saya rindu sekali. Langit di halaman rumah Salomo sore ini warnanya apa kah? Mungkin bercerita bisa sedikit mengobati rindu :) Namanya Salomo, seorang anak kepala suku. Selain mengajar di SD, kami mengadakan kegiatan belajar bersama setiap sore di halaman belakang rumahnya yang adalah pantai,...
Kepekaan terhadap sekitar memang sudah selayaknya dimiliki oleh kita semua, termasuk mahasiswa dan pekerja. Seperti yang dilakukan oleh teman-teman Teknik Geologi UGM. Purna tugas dari gelar mahasiswa, mereka mentahbiskan diri untuk berbagi. Tiap bulannya mereka menghimpun dana dari rekan-rekan alumni untuk disalurkan ke tempat-tempat sosial, salah satunya Rumah Dongeng Mentari. Beberapa kali pertemuan, menghasilkan perumusan...
Kadang inginku teriak, berlari dan melompat, hanya untuk bernapas sejenak, merilis penat Tak mudah rasanya, menjalani lika liku baru, beragam warna, kerap mengundang pilu Namun ketika aku melihatnya, di setiap pertama napas pagiku, aku malu Dia yang masih mungil, kecil, berselimut ketakutan, terdekap ketidaktahuan, dipeluk keterbatasan, begitu gigih berjuang, menghadapi dunia yang sepenuhnya baru Dia yang masih ringkih, berbekal seberkas naluri, sejumput refleks,...
Oleh Ahmad Sajali Pertanyaan sekaligus judul dari tulisan ini ialah hal yang masih amat terkenang dari momen tak terlupakan dari kunjungan saya dan Komunitas Kampung Sarjana ke Desa Cibuyutan. Desa yang masih dilingkari oleh banyak keterbelakangan meskipun terletak di Kabupaten Bogor yang tak begitu jauh terletak dari ibukota negara ini, DKI Jakarta. Kunjungan ini kami lakukan rutin sekali dalam sebulan, namun dengan...
Mereka yang baru pertama kali aku lihat, mencuri-curi pandang dari pintu kantor. Mengintip-intip beramai-ramai. Mencari-cari lihat siapakah dia, siapa yang baru datang. Siapakah itu Ibu Guru baru? Bersama guru Indonesia Mengajar sebelumnya aku diajak berkeliling sekolah. Mereka mengikutiku dari belakang. Mengikuti kemana langkah aku berjalan. Mengikuti sambil mencuri-curi lihat dan menarik perhatianku. Aku tak mengeri mengapa begitu…. Oh Aneuk Miet Seminggu setelah kedatanganku...
Oleh: Fauzan Fadri Empat tahun yang lalu, kapal kami merapat di pelabuhan Sikakap, Kepulauan Mentawai, setelah hampir empat belas jam terombang ambing gelombang. Di pinggir pelabuhan, ada seorang Ibu tua tanpa suami mengajakku ikut serta ke gubuknya. Ibu itu memintaku untuk memoto setiap sudut pekarangan dan gubuk yang hampir roboh itu. Berikut foto diri dan anak laki-laki kecilnya. Ibu itu mungkin menganggap kami adalah...