Salam
Dongeng!
Masih di
acara yang sama, setelah Lintang Songo, kami menuju ke tempat lain. Permainan-permainan tadi kami lakukan di tempat indah ini :). Jalannya
naik dan berkelok-kelok, seperti di atas gunung. Dan berhentilah kami di sebuah
tempat. Kata kakak-kakak, namanya Bumi Langit. Wahh, indah sekali disini!
Ya, semua
yang berasal dari bumi akan ditujukan ke langit, tepatnya sebagai
pertanggungjawaban manusia kepada Allah Sang Pencipta. Pak Iskandar, beliaulah
yang memprakarsai berdirinya tempat ini. Dari namanya pasti kita tidak
menyangka bahwa beliau ini adalah orang Prancis yang sudah lama tinggal di
Indonesia. Ya, sudah lebih dari 10 tahun, dia dan keluarganya tinggal di
Indonesia. 
Untuk
mencapai lokasi Bumi Langit, menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam dari
Jogja. Selama di perjalanan, anak-anak RDM sangat antusias sekali. Sambil
memandang sekeliling, mereka bernyanyi bersama. Mungkin ini pemandangan yang
jarang mereka temukan, bahkan di dekat lingkungan sekitar rumah. Warna hijau di
kanan kiri. Tumbuhan terhampar luas, jalan berkelok-kelok, awan biru sebagai
atapnya.
Jam 1 siang,
akhirnya tibalah kita di Bumi Langit. Terlihat bagaimana Pak Iskandar dan
keluarganya sangat memperhatikan dan peduli dengan alam. Sama sekali tidak ada
sampah yang berserakan. Sayapun berdecak kagum melihat pemandangan yang begitu
indah. Belum lagi bentuk bangunan joglo yang penuh dengan jendela, menambah
sejuk suasana siang itu. Anak-anak mulai turun dari bus dan berjalan menuju
ruang tamu bangunan itu.
Mereka
sangat senang dan gembira. Sebagai perkenalan, pasukan RDM menampilkan yel-yel.
Setelah itu, games mulai dimainkan
satu persatu.
Dibutuhkan pipa pralon yang dilubangi, bola
plastik, dan air dalam games ini. Satu
orang bertugas untuk mengambil air dengan gelas plastik ke pos yang telah
dijaga oleh volunteer. Letaknya
dibuat tidak terlalu dekat dengan pipa. Setiap anak yang mau mengambil air
harus menyebutkan password terlebih
dahulu. Sementara satu orang mengambil air, teman sekelompok yang lain menutupi
lubang-lubang di pralon dengan jari-jari mereka. Bahkan ketika pralon mulai
terisi dengan banyak air, mereka menutupi lubang-lubangnya tidak hanya dengan
jari, tapi dengan tangan, pipi, dan mulut mereka. Permainan ini sangat seru
sekali. Aku dan teman-teman volunteer
yang lain tak henti-hentinya tertawa melihat tingkah lucu mereka. 
