Belajar Bersama Senyuman Mungil (CERITA-NYA Project #7)
02.23
Oleh Ihdi Nafi
Dua tahun lalu, tepatnya bulan Ramadhan , kami yang
terdiri dari 10 orang mendapatkan tugas dari kampus yaitu melaksanakan program
pengabdian masyarakat dengan berbasis masjid. Dimana masjid adalah pusat
kegiatan umat muslim yang sebenarnya bisa diberdayakan dengan baik. Bukan hanya
beribadah seperti sholat lima waktu, ataupun pengajian rutin , apalagi bulan
Ramadhan tentunya intensitas aktivitas tersebut lebih banyak . Ketika kami
bersepuluh baru saja datang di lokasi tersebut. Awalnya kami merasa kebingungan
dengan tugas yang diberikan dari kampus. Kami pun mencoba berdiskusi dengan
para ta`mir saat itu dan membentuk posdaya (pos pemberdayaan keluarga). Maklum,
karena kami merupakan tahun pertama dari program tersebut. Banyak teman yang
menyatakan bahwa tahun ini kita menjadi bahan percobaan untuk tahun berikutnya.
Bahkan di tahun sekarang menjadi hal wajib untuk setiap jurusan, berbeda dari
awal mula kita melaksanakan program. Tidak semua jurusan yang melakukannya.
Kegiatan dimulai sekitar jam 1 siang, sayangnya ketika
saya memasuki lokasi ini. Saya tidak bisa berbahasa madura, bahasa mayoritas di
daerah ini. Namun, saya bisa bersyukur karena diantara 10 orang 6 orang
diantaranya bisa berbahasa madura. Anak-anak kecil disana fasih sekali . kalau
yang bimbing tidak bisa bisa kewalahan. Dimulai saja dengan bahasa umum ,
bahasa indonesia. Awalnya memang sulit
sekali, apalagi anak pra-tk . Mereka tidak mengerti sama sekali apa yang saya
bicarakan. Mereka hanya bisa manggut-manggut. Kemudian ketika teman lain
mendekatinya dan berbicara bahasanya mereka berani mengelak dan berbicara
lancar , wah-wah.
Memang anak-anak banyak sekali mintanya. Waktu itu saya
mendampingi anak kelas 1-2 sekolah
dasar. Saya pikir dengan kelas lebih bawah, maka membimbingnya juga lebih
mudah. Ternyata malah lebih sulit, memang kebanyakan mengikuti instruksi untuk
mencatat soal-soal di papan tulis dan kemudian dinilai. Akan tetapi, ada juga
yang bermain sendiri dan hampir berkelahi. Awalnya saya biarkan karena tidak
ada kontak fisik, lalu kemudian ada yang menangis jadi saya lerai juga. Mereka
yang hiper aktif sengaja saya beri keleluasaan yang terkontrol untuk memberikan
mereka kreatifitas yang mungkin dapat mereka bangun. Melihat teman-teman lain yang mendampingi
anak lain yang lebih tinggi kelasnya, tidak banyak halangan untuk menyampaikan.
Mungkin karena mereka lebih serius dan lebih “gede”. Saya ikuti saja kemauan
anak-anak dengan belajar bahasa inggris dan matematika yang tidak terlalu rumit
bagi seumuran mereka. Sebelum akhir pertemuan , kami semua berfoto bersama dengan
mereka. Bahkan gayanya sudah mengalahkan orang dewasa hehehe.
Ketika acara perpisahan berlangsung. Anak-anak lainnya
juga menampilkan beberapa pertunjukkan yang menarik , yaitu menari. Setelah itu
kami bagikan hadiah kepada para juara lomba. Acara pun diakhiri dengan pesan
dan kesan kami selaku pembimbing. Kawan saya seseorang perempuan tidak bisa
menghentikan tangis sebelum memulai pembicaraanya. Anak-anak lain kemudian ikut
menangis. Bahkan anak yang sering usil pun menangis karena merasa kehilangan.
Kami pun mencoba memberikan motivasi kepada mereka untuk tetap berprestasi.
Ketika kami pun sudah tidak lagi berada disana, anak-anak disana pun juga
saling bertukar kabar dengan kami melalui sms. Sayang ketika harapan mereka
untuk melihat kami lagi, kami sudah lulus dan memiliki kesibukan
sendiri-sendiri. Akan tetapi kami selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka. (*)
(Foto diambil dari google oleh admin blog RDM)
(Foto diambil dari google oleh admin blog RDM)
0 comments