Aneuk Miet Oh Aneuk Miet (CERITA-NYA Project #10)
07.59
Mereka yang baru pertama kali aku
lihat, mencuri-curi pandang dari pintu kantor. Mengintip-intip beramai-ramai.
Mencari-cari lihat siapakah dia, siapa yang baru datang. Siapakah itu Ibu Guru
baru?
Bersama guru Indonesia Mengajar sebelumnya aku diajak berkeliling
sekolah. Mereka mengikutiku dari belakang. Mengikuti kemana langkah aku
berjalan. Mengikuti sambil mencuri-curi lihat dan menarik perhatianku. Aku tak
mengeri mengapa begitu…. Oh Aneuk Miet
Seminggu setelah kedatanganku di sekolah
mereka berhasil menarik perhatianku. Setiap aku datang dan memasuki gerbang
sekolah mereka memanggil namaku dengan kencang, sambil tersenyum mereka
menghampiriku. Saat aku keluar ruang kantor, mereka berlari dengan sangat
kencang sambil memanggil namaku. Berlomba agar bisa berjalan di sebelahku,
menggandeng tanganku dan bertanya “Ibu mau masuk kelas berapa bu?” Aku tak
mengeri mengapa begitu…. Oh Aneuk Miet
Saat aku mengajar di suatu kelas,
mereka yang lain dengan ributnya berdiri di depan pintu kelas itu. Berebut
ingin masuk, berebut ingin belajar bersamaku, berebut melihat hal menarik apa
yang akan aku berikan. Sampai-sampai anak kelas yang aku ajar kesal dan menutup
pintu kelas sambil bergantian menahannya dengan kursi. Aku tak mengeri mengapa
begitu…. Oh Aneuk Miet
Saat aku sedang mengajar di kelas dan
memberikan pertanyaan, semua anak mengacungkan tangan. Saat aku tunjuk mereka
ternyata tidak tahu jawabannya. Aku tunjuk anak yang lain, yang ini pun tidak
tahu jawabannya. Namun saat aku tanyakan lagi di depan kelas, lagi-lagi mereka
semua mengacungkan tangan. Berebut agar aku tunjuk. Berebut mendapat
perhatianku. Aku tak mengeri mengapa begitu…. Oh Aneuk Miet
Saat musim panen tiba, mereka selalu
bertanya “Ibu suka boh timun?” Aku
jawab, “Ibu suka”. Keesokan harinya buah ketimun sebesar dan sepanjang tangan
manusia dewasa mereka bawa ke sekolah dan memberikannya padaku sambil berkata,
“Bu ini untuk Ibu, untuk dibuat es”. Aku tak mengeri mengapa begitu…. Oh Aneuk Miet
Saat di rumah mereka sedang ada panen
buah-buahan, mereka mengajakku ke kebun mereka. Mereka mencarikan durian yang
jatuh di kebuan yang luas. Mengambil buah rambutan yang masih di pohon dengan
galah. Mengambil buah mangga yang berjatuhan untukku dan memasukkan semuanya ke
dalam karung. Sehingga pulang-pulang ke rumah aku bisa membawa hasil kebun satu
karung besar dan membuat heran orang di rumah. Aku tak mengeri mengapa begitu….
Oh Aneuk Miet
Saat aku berjalan mengendarai motor
dan melewati rumah mereka. Mereka mengenaliku dan berteriak memanggil namaku.
Saat aku melewati mereka yang sedang menggembala sapi di seberang sungai. Saat
mereka mandi di sungai irigasi yang besar. Mereka memanggil namaku padahal itu
jarak yang jauh sekali. Bahkan akupun tidak bisa mengenali mereka. Aku tak
mengeri mengapa begitu…. Oh Aneuk Miet
Aku tidak pernah mengerti apa yang
berada dipikiran mereka, aneuk miet
(anak-anak kecil dalam bahasa Aceh). Mereka selalu bahagia. Mereka berlari
dengan kencangnya, tersenyum dan memanggil namaku. Bahagianya aku menjadi guru.
Setiap hari aku hidup dengan kecerian mereka, dengan rasa ingin tahu mereka
yang besar, dengan canda tawa mereka, dengan perhatian mereka, dengan senyum
mereka, dengan cemburu mereka, kesal serta marah mereka dan pastinya dengan
cinta mereka. Terimakasih Ya Allah atas nikmatmu yang sangat berlimpah ini.
Setiap hari aku bahagia, karena mereka aneuk
miet. (*)
Penulis
adalah Rini Setianingsih, guru Indonesia Mengajar penempatan Aceh Utara
(Foto diambil dari google oleh admin blog RDM)
0 comments