Senangnya bersama anak-anak Sederhana Luar Biasa (CERITA-NYA Project #8)
09.21
Oleh Nio Dani
Ketika bersama anak-anak
rasanya seperti bersama malaikat-malaikat, penuh keceriaan, tawa, dan semangat.
Senangnya berada ditengah-tengah mereka.
Wajah lugu nan polos membuatku tersenyum dan rasa gemas ku ingin sekali
mencubit pipinya satu persatu. Akan tetapi, kebersamaan anak-anak yang
kuceritakan berbeda dengan anak-anak seperti biasanya, namun anak-anak
yang jauh luar biasa.
Bulan lalu aku menjadi LO
(liaison officer) di kegiatan sosial Special Olimpic Indonesia (Soina), atau
olimpiade untuk anak-anak yang
berkebutuhan khusus. Sebenarnya saya punya cerita tentang pengalamanku
dengan anak-anak lain yang “normal” tapi aku sadar bukankah anak-anak yang berkebutuhan
khusus juga adalah anak-anak Indonesia? Hmm.. Perjalanan kegiatan Soina, perasaanku sulit rasanya tergambarkan, rasa
haru dan bahagia campur aduk. Kata orang mereka anak-anak yang berkebutuhan
khusus namun menurutku mereka memang khusus untuk disayang, mereka spesial,
kata orang mereka anak-anak luar biasa namun menurutku mereka lebih dari
sekedar luar biasa tapi mereka istimewa,
penyejuk hati, dan membahagiakan.
Anak-anak yang menjadi
peserta olimpiade berkisar dari usia 7 tahun hingga 16 tahun, pertama kali
menginjakkan kaki di asrama, mereka tak pernah tenang, selalu berceloteh
bersama teman-temannya. Mereka berasal dari Kalteng, menjemput mereka dari
bandara, mendampingi hingga pulang kembali kedaerah asal. Jarang dan hampir Tak pernah ada gundah,
mereka tulus, mereka selalu tertawa (haha). Tak
pernah kurasakan suasana seperti ini ketika aku berkumpul dengan
orang-orang normal. Tak ada beban yang tergambarkan sedikitpun dari raut wajah
dan untaian kalimat yang terucap dari mulut mereka. Mereka memancarkan
kedamaian dari sorot matanya, mereka indah dan mereka sepertinya tak pernah
merasakan dengki dan iri hati. Menurutku mereka anak-anak ajaib.
Tepat 7 hari bersama-sama
mereka menginap disebuah wisma sederhana, berbagi canda, dan cerita, ada yang
selalu bertanya-tanya tak pernah sedetik pun berhenti..”kakak kakak, kakakk,
daniii” aku akan merindukan suara panggilan itu, anak itu namanya Tia anak usia
14 tahun kelas 4 SD penyandang Tunagrahita bahkan ketika si Tiah curhat aku
mendengarkannya hingga satu jam saat itu sangat ngantuk. Sementara berbicara
aku menutup mataku “kakakk” si Tia
menggoyang goyangkan bahuku. Oh iya Tia adalah atlet Boce (mirip bowling). Si
Kiki penyandang Down Sydrom “Salaammm Buuuu” katanya dengan senyuman
dan suara halussss sedikit kurang jelas
kosakata ucapannya , ahh seperti adik sendrii gemes rasanya. Revi atlet Lari
sangat akrab denganku, semangat dan tak pernah lelah mengajakku keliling-keliling,
rindu gelakan tawanya yang menggelitik.
Si Hafni penyandang
Tunagrahita dengan khas kaca mata hitamnya, teringat ketika kami berekariasi di
Trans studio aku melihat Hafni merenung sendiri “eh Hafni ngapain disini, ayo sini” ajakku sambil menyuruhnya
berdiri “bu ku putus lagi sama lastri,
dia selingkuh buu” ucapnya poloss, Wadduuhhh lucu sekali moment bersama mereka “ah sudahlah cari lagi, move on dong”
kataku dan melempar senyum kepada anak usia 14 tahun itu “ iya bu” dia mengangguk. “teriak
yah pni, Akuu bahagiaa” rayuku “ akuu
bahagiaaa” Hafni berteriak ditengah
orang banyak saat itu. Seru.
Si Beni, anak yang Bisu
tapi selalu tersenyum dan menepuk-nepuk pundakku yang selalu hampir ketinggalan
BIS. hmmm dan masih banyak sosok-sosok
anak istimewa yang akan selalu kukenang dan akan tersimpan disini (hati)
moment terindah, dan semoga kita ketemu dikesempatan lain yang lebih indah.
Dan tahukah? Mereka super
disiplin, jam 5 mereka sudah ngetuk-ngetuk pintu kamar, Hoamm, mereka sudah
berpakaian rapi bak atlit yang akan bertanding diligah internasional. “bangun kakk, kita lomba?”, oh iya
diantara mereka ada loh yang sudah mengharumkan nama Indonesia ke kancah
international di Australia kemarin. Hebat.
Oh iya, aku sempat bertanya dengan
beberapa anak, iseng aja. Apakah
mereka punya cita-cita? Hmm, yang penyandang tunagrahita golongan rendah,
mereka semangat banget loh berbicara soal impian, jadi teringat salah satu
atlet namanya Dandi, dia pengen menjadi perenang International, dan amazing si Dandi sudah pernah ke
Australia mewakili Indonesia.
Aku akan selalu merindukan,
saat-saat memikirkan apakah mereka sudah makan apa belum, mengangkat makanan
kentongan besar (sepulang dari Soina berotot loh), bangun kaget takut mereka
kelaparan pagi-pagi. Ketika berjalan-jalan, aku harus mengawasi dari kejauhan
anak-anak yang belum mandiri takutnya mereka akan kesasar. Rindu ejekan mereka, :D dan tepat hari 7 hari acara sudah
selesai, waktunya mereka kembali ke kotanya masing-masing. Hmm seperti ada yang
hilang ketika aku dan LO lain kembali di asrama. :’)
Penyandang Tunagrahita juga
akan terus berkembang usianya seperti anak-anak normal yang lain, namun mereka
akan terus memiliki usia mental maksimal usia 4 tahun loh. Jadi kapan pun
mereka akan selalu seperti anak-anak. Dan, memang ketika mereka di tes IQnya
pastilah hanya dibawah 70, namun ketika ada tes untuk mengetes kebahagian,
semangat, keceriaan, aku jamin mereka akan mendapatkan nilai bahkan lebih dari
150 bahkan 1000. Sungguh! Aku bahagia bersama anak-anak yang sederhana luar
biasa seperti mereka. (*)
(Foto diambil dari google images oleh admin blog RDM)
0 comments