Kisah Anak Bawean (CERITA-NYA Project #6)

08.32

Oleh Evi Yuniati

Bicara tentang anak Indonesia, mereka bisa menjadi bahan cerita yang tiada habisnya. Keunikan mereka, keluguan mereka, kelucuan mereka bisa menjadi kisah yang nggak akan mudah dilupakan, terkadang masih bisa membuat kita tertawa kembali saat mengenangnya.

Hal ini pun terjadi pada teman baik saya, Fauzan. Kisah ini dituturkannya berdasarkan pengalamannya sebagai Pengajar Muda dari Gerakan Indonesia Mengajar, saat Ia ditugaskan selama satu tahun di Pulau Bawean tepatnya di SD Kepuh Teluk 3 Pulau Bawean, Kabupaten Gresik periode 2013-2014. Sebagai informasi, Pulau Bawean itu terletak di Laut Jawa sekitar 80 mil atau 120 kilometer sebelah utara Gresik, Jawa Timur.

Fauzan berbagi kisah tentang permainan kasti di antara anak-anak di tempatnya mengajar. Sebagaimana yang kita tahu dalam permainan kasti apabila salah seorang anggota terkena lemparan bola di bagian tubuh, maka orang tersebut kalah dan dilakukan pergantian regu. Tapi, bagi anak-anak Bawean, peraturannya menjadi berubah sedikit. Apabila bola yang dilempar mengenai kepala atau kening, maka itu dianggap tidak sah dan permainan masih dapat dilanjutkan. Pernyataan kalah itu terjadi apabila bola yang dilempar mengenai badan, tangan, atau punggung. Jadi, kalau ada bola yang dilempar mengarah ke pemain yang berlari, maka akan diusahakan untuk di sundul dengan kepala atau kening sehingga mereka masih bisa terus berlari sampai base terakhir dan memenangkan permainan. Ternyata peraturan permainan kasti yang semestinya tidak berlaku bagi anak-anak Bawean :)


Lalu, Fauzan pernah mengajak anak didiknya untuk bermain Tupai dan Pohon. Satu kelompok terdiri dari tiga orang, dua orang menjadi pohon dengan saling menumpangkan tangan, sementara satu orang lagi menjadi tupai dengan cara berdiam di bawah dua pohon. Petunjuk permainannya, apabila Fauzan meneriakkan kata : pemburu! Maka, Ia meminta supaya tupai-tupai itu berpindah pohon. Apabila Fauzan meneriakkan kata : penebang! Maka, Ia meminta pohon-pohonnya untuk berpindah, sementara tupai tetap diam di tempat. Satu kali permainan diadakan dengan membentuk sepuluh kelompok dan ditonton ramai orang. Tiba-tiba saat Fauzan meneriakkan kata pemburu! Ada satu anak yang tidak kedapatan pohon, seharusnya semua mendapat pohon. Setelah ditelusuri, ternyata ada satu anak dari barisan penonton yang tergerak untuk masuk ke permainan tanpa pemberitahuan. Pantas saja tupainya menjadi berlebih hehehe. Akhirnya Fauzan pun menambah satu karakter lagi yaitu Tupai Pengganggu. Jadi, saat Ia meneriakkan kata pemburu! Tupai-tupai yang lain harus sigap berganti pohon. Untuk tupai yang tidak sigap maka, posisinya akan tergantikan oleh tupai pengganggu tersebut. Menarik bukan? 

Siapa yang tidak kenal buah alpukat. Buah hijau yang ada biji di tengahnya ini terkenal enak ketika menjadi salah satu bahan di es campur ataupun es teler. Ketika diblender, ditambahkan susu coklat dan gula menjadi jus alpukat hmm...bisa menjadi minuman favorit. Tapi, rupanya tidak bagi anak-anak di dusun tempat Fauzan bertugas. Fauzan mengolah alpukat menjadi jus alpukat dan membawa satu cerek atau teko besar, kemudian menyuapi anak-anak satu persatu, tak lupa juga orang tuanya tapi, tetap saja tidak ada seorang anakpun yang bersedia untuk mencoba. Pendirian mereka akan buah alpukat yang hambar, tawar tidak tergoyahkan walaupun sudah berubah bentuk menjadi cairan dan ditambahkan pemanis. 

Kehidupan masyarakat di Pulau Bawean itu terbagi dua, ada yang bercocok tanam dan nelayan. Mereka terbiasa dengan olahan ikan. Sampai anak-anakpun sudah terbiasa untuk membuat lauk ikan bakar dengan cara mereka sendiri. Kisah mengenai inipun Fauzan dapatkan setelah Ia berkunjung ke salah satu wali muridnya. Ketika itu si anak bertanya pada ibunya dimana lauk ikannya. Si ibupun menjawab ada di kulkas. Perkiraan Fauzan, ikan yang dimaksud itu sudah diolah dan tinggal santap. Rupanya saat kulkas dibuka, si anak mengeluarkan ikan yang masih hidup. Setelah ikan diambil, si anak langsung menancapkan bambu dan membakar sendiri ikan tersebut sampai matang, menabur garam di permukaannya dan siap di santap. Rupanya seperti itu kebiasaan makan ikan di sana. Jadi, ikannya masih benar-benar segar.


Menarik bukan kebiasaan hidup anak-anak Indonesia. Dari permainan sampai pola makannya. Kalau diceritakan tentu tak ada habisnya. Apalagi Fauzan mengalami sendiri selama setahun bagaimana tingkah polah anak-anak di Pulau Bawean tersebut. Kiranya kisah ini bisa menjadi penambah wawasan.


Salam Anak Indonesia :)

(Foto diambil dari google oleh admin blog RDM)

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe