Namanya Elang (CERITA-NYA Project #17)

00.51

Oleh: Batas Hari

Aku melihatnya berdiri sendirian di samping pintu kelas TK Matahari, tatapan matanya kosong dan raut mukanya terlihat tanpa ekspresi. Ini sudah kali ke-tiga aku melihat anak itu melakukan hal yang sama setiap kali jam istirahat, padahal anak-anak lain begitu asyik bermain di taman sambil menikmati bekal makanan yang dibawakan ibu mereka.

Oh, si elang memang begitu anaknya, dia itu sangat pendiam, pemalu, dan penakut. Dia tidak pernah berbicara jika tidak ditanya, padahal sebenarnya anak ini pintar. Dulu ibunya pernah menitipkan elang ke saya, ibunya berpesan seperti ini:
- si elang ini anaknya sangat pendiam bu, dia tidak akan mengacungkan tangan di dalam kelas, tapi coba saja ibu tunjuk dia untuk menjawab soal, insyAllah dia pasti bisa -"

Begitulah Bu guru Maryam menjelaskan tentang sosok anak itu, anak yang ternyata bernama elang. Segera aku meninggalkan bu guru Maryam dan beranjak menghampiri elang yang masih setia menyandarkan badannya di dinding kelas TK Matahari.

Kok gak ikut main dek?” sapaku, dan ia hanya menggelengkan kepala tanpa menatap ke arahku.
Nama kamu siapa?” tanyaku lagi.

Ia menundukkan kepalanya, dan menjawab pelan “elang”, lalu ia langsung berjalan meninggalkanku dan masuk ke ruang kelas. Tampaknya ia tidak nyaman didekati oleh orang asing sepertiku.

“Assalamualaikum Langit”

Tiba-tiba ada suara yang tidak asing lagi di telingaku, menyapaku dari belakang. Seketika aku menolehkan kepalaku untuk memastikan siapa sosok yang menyapaku barusan.

“Waalaikumsalam… Ibu Dewi? Wah apa kabar bu, lama kita tak jumpa”

Segera aku mencium tangan beliau, Ibu Dewi, guru matematika ku dulu di kelas 6 SD.

Alhamdulillah kabar baik ngit, kamu sedang apa disini?” Tanya bu dewi balik

Saya mau menjemput adik bu,kebetulan Papa Mama sedang keluar kota, jadi saya yang ditugaskan untuk menjemput adik 3 hari ini. Ibu sendiri?

Ibu mau menjemput elang, anak yang barusan kamu ajak ngobrol tadi, itu anak bungsu ibu” jawab bu dewi sambil tersenyum.

Ternyata elang adalah anak dari bu dewi, guru matematika paling killer di SDN 01 kota Palembang. Bagaimana bisa ibu dewi yang terkenal galak tersebut mempunyai anak yang sangat pendiam dan penakut seperti elang? Bukankah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya?

“Maaf ya, elang sangat pemalu dengan orang-orang yang tidak dia kenal”

Ternyata bu dewi melihat kejadian tadi, saat dimana aku dicuekin oleh elang.

“Ah tidak apa-apa bu, saya hanya penasaran saja dengan sosok elang, sudah tiga hari ini saya memperhatikannya, ia tidak pernah ikut bermain dengan teman-temannya, hanya duduk mematung dan menyandarkan badannya di dinding kelas ini. Ada apa dengan Elang bu?”

Akupun menjelaskan rasa penasaranku terhadap elang kepada ibu dewi, dan bu dewi hanya tersenyum seakan ia sudah sering sekali diberikan pertanyaan serupa.

“Jangankan kamu, ibu-ibu guru disini semua juga awalnya pada heran kok, berbagai upaya mereka lakukan untuk membuat elang menikmati hari-nya disini, akan tetapi mereka belum berhasil, dan sepertinya mereka menyerah, mereka membiarkan elang menikmati kesendiriannya di dinding kelas TK Matahari ini”

“Elang memang anak yang sangat pendiam, ibu sudah mencoba berbagai cara agar elang berubah menjadi anak yang lebih aktif dan berani, tapi tetap tidak berhasil. Dia hanya mau berbicara panjang lebar kalo sama ibunya, dia menceritakan semua impiannya, dan cara yang akan ia tempuh untuk menggapainya. Dia anak yang cerdas, dan Ibu yakin suatu saat dia pasti bisa menggapai semua impiannya dengan jalan yang ia pilih.”


Aku terharu mendengar cerita bu dewi, walaupun dia belum mampu membuat elang menjadi anak yang aktif dan pemberani, tapi dia selalu menjadi pendengar yang baik untuk anaknya, menjadi pendamping anaknya dalam menyusun mimpi-mimpi, dan orang yang paling percaya bahwa anaknya akan berhasil menggapai mimpinya dengan jalan yang ia pilih sendiri.
Aku semakin penasaran dengan si elang,penasaran dengan apa yang akan terjadi dengannya kelak? Apakah anak super pendiam ini akan menjadi orang yang hebat kelak?
20 tahun kemudian

Waalaikumsalam, eh langit ayo masuk masuk.. wah sudah lama sekali tak jumpa ya, apa kabar?” sapa bu dewi ramah.

Sudah 20 tahun aku merantau ke tanah jawa, dan ini adalah kali pertama aku pulang kembali ke Palembang, dan aku menyempatkan diri silaturahmi ke guru-guru ku dulu, salah satunya bu dewi.

Mataku memandang setiap sudut rumah kecil ini yang penuh dengan foto-foto, piala, dan piagam penghargaan. Kudekati salah satu foto di pojok ruang tamu, tertulis disana 

Menteri ESDM memberikan penghargaan kepada Elang

Ini elang bu? Woow..

Hehe.. iya ngit, elang sekarang sudah tidak pendiam lagi, ini piala-piala adalah hasil raihan prestasinya elang selama kuliah. Sekarang dia malah sering menjadi pembicara di seminar-seminar
kampus, bahkan sampai ke luar negeri lho. Dan sebelum lulus sudah diterima kerja di perusahaan internasional di Jakarta.

Aku melihat raut wajah bahagia ketika bu dewi menceritakan tentang anaknya tersebut, betapa bangganya ia melihat elang yang sekarang menjadi orang hebat. Ternyata si elang yang pendiam sudah mengeluarkan cakarnya, ia telah berhasil mencengkram satu per satu mimpi besarnya. Dan itu semua pastinya tidak lepas dari peran ibu dewi yang selalu menjadi pendamping yang baik untuk anaknya.


Setiap anak itu istimewa, masing-masing dari mereka punya kelebihan disbanding yang lain, gajah tidak mungkin kita latih memanjat pohon, begitupun dengan kelinci, tidak mungkin kita ajarkan berenang. Biarlah anak-anak tumbuh dengan bakat mereka masing-masing,biarkan ia menggapai impian mereka dengan jalannya sendiri, kita sebagai orang tua hanya bertugas untuk mendampingi dan menyemangati anak-anak kita dan buat mereka percaya bahwa mereka bisa menjadi apapun yang mereka mau. (*)

(Foto diambil dari google oleh admin blog RDM)

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe