Menjadi Anak Kecil Kembali (CERITA-NYA Project #1)
22.04
Oleh Fajri Ramdhan
Sudah jarang saya temui
hal-hal yang menyangkut dunia kanak-kanak di kehidupan saya sekarang ini. Yang saya temui selalu itu-itu saja. Tugas, dosen,
dan orang-orang yang kebanyakan tidak lagi memikirkan bagaimana caranya
menerbangkan layangan, bagaimana rasanya berlarian di sawah untuk menangkap
capung, memikirkan bagaimana rasanya menjadi anak kecil kembali. Tidak ada yang
berpikiran kesana. Yang ada kebanyakan adalah pemikiran tentang bagaimana jika
nilai IPK turun, bagaimana jika dosen pembimbing penulisan skripsi tidak ada di
kantornya, apa yang akan dilakukan setelah lulus, bagaimana cara untuk memiliki
pendapatan sendiri, serta banyak lagi pertanyaan-pertanyaan mengenai hal yang
tidak ada hubungannya dengan anak kecil.
Saya juga begitu, namun saya bersyukur karena selain kuliah saya juga terkadang menjadi seorang fasilitator
outbond untuk anak-anak kecil. Jadi selain saya bisa bermain dengan anak-anak,
saya juga bisa bernostalgia. Mengenang indahnya masa kanak-kanak saya dahulu.
Banyak
hal yang sangat berkesan ketika saya menjadi seorang fasilitator untuk
anak-anak kecil. Salah satu contohnya adalah ketika saya menemui anak yang susah
diajak bermain sesuai dengan program yang sudah disediakan. Dia selalu
menjelajah tempat outbond untuk mencoba segala wahana yang ada di sana meski
belum ada ajakan dari fasilitator untuk memainkannya. Bermain kotor-kotoran,
bermain air, menjahili teman, dan banyak lagi hal-hal yang dia lakukan yang
terkadang membuat saya kesal. Ingin saya larang dia, namun saya ingat, bahwa
tidak boleh menggunakan kata larangan terhadap anak kecil karena rasa penasaran
mereka yang sangat tinggi. Ketika kita melarang mereka melakukan sesuatu,
mereka akan penasaran dan mencoba mencari tahu kenapa hal tersebut dilarang.
Dan cara mencari tahunya pun terkadang bukan dengan bertanya, melainkan melakukan
apa yang dilarang tersebut. Lalu saya mencoba membujuknya dengan cara halus supaya
memainkan permainan yang ada di program saya, tapi tetap saja dia tidak
mendengarkan.
Menjadi seorang
fasilitator outbond untuk anak kecil memang gampang-gampang susah, terkadang
akan kita temui anak yang susah diatur seperti yang saya sebutkan tadi. Wajar
saja, karena anak-anak masih memiliki rasa penasaran dan jiwa petualang yang
masih tinggi.
Pengalaman pertama
menjadi fasilitator mungkin kurang berhasil karena saya masih belum bisa
mengendalikan emosi anak-anak. Mereka masih belum memfokuskan perhatian mereka
kepada saya sebagai fasilitatornya. Namun setelah beberapa kali saya menjadi
fasilitator, saya mengerti cara untuk menangani anak-anak. Cara yang saya
lakukan adalah masuk ke dunia mereka dan menjadi anak kecil juga karena ketika
saya menjadi orang dewasa, mereka tidak mendengarkan. Mungkin ketika saya
menjadi seumuran mereka saya akan didengarkan oleh mereka.
Ternyata cara saya
berhasil, di kemudian hari ketika saya dipanggil lagi untuk menjadi fasilitator,
saya sudah bisa mengendalikan alur. Saya mencoba menjadi teman mereka, bukan
menjadi seorang kakak atau bapak instruktur. Saya bercengkrama dengan mereka
dan mereka pun tidak merasa segan lagi kepada saya. Tidak seperti dulu ketika
saya menjadi seorang yang lebih tua dari mereka. Setelah saya menjadi seseorang
yang seusia mereka, mereka menjadi sering bercanda dengan saya dan alur yang
saya bawakan pun selalu berhasil. Mereka selalu mengikuti ajakan saya. Mungkin
di mata mereka, saya adalah teman yang bongsor. Hahaha
Masa kanak-kanak
memang masa yang indah, masa yang penuh warna, masa yang beban hidup masih
belum berat, masa di mana belum banyak aturan yang mengikat, masa di mana ilmu
kebanyakan didapatkan dari hasil bermain. Bagi kakak-kakak sekalian, selalu
ingatkan anak-anak untuk bersyukur masih bisa menikmati hari-hari dengan penuh
keceriaan karena masih ada banyak teman sebayanya yang belum tentu bisa
menikmati masa kecilnya dengan bermain karena dituntut untuk menjadi tulang
punggung keluarga misalnya, atau karena berada di daerah konflik, atau banyak
lagi halangan-halangan yang lainnya yang menuntut mereka untuk melupakan masa
bermain mereka. Selalu ingatkan mereka untuk bersyukur dan berbagi.
Selamat Hari Anak
Nasional, 23 Juli 2014.
*gambar diambil dari google oleh admin blog Rumah Dongeng Mentari*
0 comments