Bentuk Karakter dengan Dongeng
23.25
Assalamualaikum kakak! :)
Berikut adalah artikel tentang bagaimana dongeng bisa membentuk karakter anak. Yuk simak kak! :)
DONGENG bisa membentuk karakter anak. Sayangnya tradisi mendongeng di
Indonesia mulai luntur. Agar tidak hilang ditelan zaman, kini saatnya pada
bulan Ramadan, bulan yang penuh rahmat dan berkah ini, merupakan momen penting
untuk mulai membudayakan dongeng di masjid-masjid menjelang buka puasa.
Tentunya dongeng yang Islami.
Alquran Surat Yusuf ayat 111
menyebutkan, "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman".
Dongeng juga mengajari anak dengan mudah dan menyenangkan, sesuai
hadist Rasul: "berilah
kemudahan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan ditakut-takuti."(HR.
Bukhari dan Muslim).
Mendongeng adalah tradisi bertutur atau menyampaikan
sebuah cerita secara lisan yang erat kaitannya dengan tradisi duduk bersama. Biasanya,
mendongeng dilakukan antara orangtua kepada anak, guru kepada murid, maupun
kakak kepada adik. Aktivitas ini akan memberikan kedekatan fisik dan psikologis
antara pendongeng dan pendengarnya. Jika pendongengnya adalah orangtua dan
pendengarnya adalah anak, tentu ini sebuah cara yang makin mendekatkan hubungan
orangtua dan anak.
Tapi kini, jarang kita temui tradisi
bertutur ini. Padahal mendongeng adalah cara yang efektif dalam mendidik dan
membentuk karakter anak. Mc Clelland, seorang peneliti kawakan pernah meneliti mengapa
orang Inggris memiliki mental penakluk. Kita tahu berapa banyak negara yang
pernah dijajah oleh Inggris. Selain itu, Inggris memiliki slogan-slogan yang
merepresentasikan kedigdayaannya. Beberapa di antaranya adalah ‘Inggris bisa mengatur ombak’ dan ‘Inggris tidak mungkin jadi budak’. Dari
penelitian tersebut ternyata dapat diambil kesimpulan bahwa dongeng adalah
alasan mengapa Inggris memiliki mental penakluk.
Inggris memiliki budaya tutur yang sangat kuat, dari
dulu hingga sekarang. Oleh karena itu, mendongeng telah menjadi budaya
masyarakat Inggris secara keseluruhan dan berkelanjutan. Tidak hanya
itu, dongeng-dongeng di Inggris adalah dongeng yang kebanyakan bertemakan
penaklukan-penaklukan. Seperti contohnya kisah “The
Dragon and The Knight” yang menceritakan keberanian dan kehebatan seorang
kesatria yang mampu mengalahkan naga yang luar biasa kuatnya tanpa bantuan
siapapun. Atau kisah “TomThumb”,
seorang pahlawan
yang berukuran kecil, hanya sebesar jari jempol, namun bisa menjadi pahlawan
bagi banyak orang. Ukurannya yang kecil tak menghalanginya untuk menjadi
pahlawan penakluk. Dongeng-dongeng seperti ini kemudian diceritakan secara
turun temurun dan terus menerus antar generasi di Inggris kepada anak-anak usia
0-5 tahun. Sebuah usia pembentukan karakter anak yang sangat efektif.
Ini berarti, mendongeng juga cara yang
efektif untuk menanamkan nilai-nilai tauhid dan agama kepada anak. Salah satu
alasan lainnya adalah karena dengan mendongeng, seorang anak tidak terkesan digurui. Kahlil Gibran pernah berkata, bahwa
orangtua bagaikan busur panah dan anak bagaikan anak panahnya. Kemana orangtua
mengarahkan busur panahnya, kesanalah
anak akan menuju.
Oleh karena itu, pada bulan Ramadan ini,
bulan penuh rahmat, mari kita jadikan momentum untuk dekat dengan generasi masa
depan melalui aktivitas mendongeng. Dongengkanlah kisah-kisah Nabi, para alim,
maupun dongeng bertema tauhid dan keislaman. Apalagi ibu,
sebagai madrasatul ula, pendidik anak yang utama. Ibu, perlu menambah waktu
untuk mendongeng kepada buah hatinya.
(Rona Mentari)
*telah diterbitkan pada Koran "Minggu Pagi" edisi Cahaya Ramadhan pada Minggu kedua ramadhan.
1 comments
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus