"Lara Lana" (Cerita terpilih CERITA-NYA Project 2014)

08.28

Oleh : Thontowi A.Suhada

Anti Jemi namanya, namun biasa dipanggil Rana. Anak di Maluku memang biasa memiliki dua nama, nama formal dan informal. Sebut saja Dero, ternyata Yurni nama aslinya. Nah, Rana adalah anak kelas tiga, belum bisa membaca, hanya mengeja. Kutanya siapa namanya, ‘Lana’ jawabnya. 

Ternyata dia tak bisa mengucap ‘R’. Sering dia jadi bahan ejekan teman-temannya.

Baru kali ini aku mendapat kesempatan masuk kelas tiga. Sebelumnya aku sibuk dengan ujian kelas enam yang katanya nasional. Ternyata anak kelas tiga banyak yang belum bisa baca, menghitung sudah lumayan. 15 + 6 sama dengan 21 jawab mereka. Akhirnya kutawarkan les tambahan, mereka sambut dengan gembira. Lepas Ashar kataku. Empat anak datang pukul empat, malu-malu tak berani masuk. Takut mengganggu tidur kata mereka, padahal aku biasa tiduran di kamar sambil menulis dan membaca buku. Sungguh anak-anak yang manis.

Lana eh Rana, sering ku ikut salah memanggil namanya, adalah anak yang paling bersemangat. Jarak rumahnya denganku dua desa, melewati bukit, pasar, dan jembatan. Rana tinggal di Pasuimbaos, sekitar lima kilo perjalanan. Namun setiap hari, ia tak pernah alpha menempuh jarak yang sama ke sekolah, pulang, dan berangkat lagi les sore harinya. Rana pulalah yang paling lambat membaca. Kata ‘daun’ butuh 15 menit aku mengajarkannya. Tapi dia pulalah yang pantang menyerah. Waktu akan kubantu mengeja dia bilang, "tunggu pak, biar saya baca sendiri”.


Membaca huruf 'R' adalah pekerjaan rumah tersendiri. Berbagai cara kucoba agar ia bisa mengucap huruf itu. Dari lari, racun, upacara, marah -- kata-kata sehari-hari. Sampai rrrrrrrrrrrrrr menirukan bunyi motor telah kucoba. Hanya suara ‘eL’  yang terdengar.

Suatu hari di tengah hujan, saat jam menunjukkan pukul 5, les sudah hampir selesai. Tiba-tiba bando pita Rana rusak, dia ketakutan. Punya kakak katanya. Rana takut sampai susah belajar, selalu melirik bando rusak di lantai. "Tenang, Pak Guru perbaiki," Zap! Zip! Zup! Taraaa! Bando pun seperti sedia kala. Kupasangkan di rambut kemerahannya. “Nah, sudah cantik lagi seperti ratu.”

“Seperti ‘ratu’ pak?” tanyanya dengan imut.

Kusadari ada sesuatu yang aneh. Ya! Dia akhirnya mengucap huruf itu!

”Ayo Lana, ulang lagi, ‘ratu’.”

“Latu”, katanya sambil agak bingung.

“Eh, tadi bisa, ayo coba lagi, ‘RATU’,” pintaku tak sabar.

“Ratu”, kata Rana pelan.

“Ayo lagi, lebih keras”, pintaku tak henti dengan mata berbinar.

“Latu, latu, ratu, ratu, ratu, latu, ratu, ratu, ratu, ratu,” ujar ia tanpa henti seperti mendapat mainan baru.

“Waaah, tepuk tangan buat Ranaa”, tepukan teman-temannya pun menyeru.

“Nah, sekarang kasih tau ulang siapa nama ngana(kamu)”, ujiku.

“Lana”, ujar Rana dengan mimik polosnya. (*)  


(Tulisan diatas adalah CERITA-NYA PROJECT terpilih)
(Foto adalah dokumen pribadi penulis)

You Might Also Like

1 comments

  1. wah Subhanallah bisa dapat pengalaman ngajar gitu.... semoga Allah memberikan balasan amal yang luas buat guru" di sana ^-^ aamiin

    BalasHapus

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe